Jumat, 04 Oktober 2019

Resume Ilmu Pendidikan Islam Prof Ahmad Tafsir


BAB 1

Pendahuluan


            Mengapa sekolah-sekolah Muhammadiyah secara pukul rata mutunya lebih rendah ketimbang sekolah pemerintah dan sekolah yang dikelola oleh lembaga Katolik?
Mengapa orang Katolik dapat membuat sekolah yang rata-rata baik, sedangkan Muhammadiyah (Muhammadiyah itu Islam) tidak?
Jawabannya adalah mutu rendah itu sebab uatamanya nya ialah kekurangan dana. Dari hasil penelitian kekurangan dana itu sama dengan kekurangan uang itu tandanya orang islam itu miskin? Ternyata orang islam itu tidak miskin, secara pukul rata. Buktinya ialah setiap tahun ribuan orang islam naik haji kedua, ketiga, bahkan ke sebelas. Mengapa orang islam banyak yang mendahulukan yang sunnat dan membelakangkan yang wajib?
            Alasan yang kedua yang ditemukan dari hasil penelitian adalah Pengelolaan uang yang kurang sempurna. Dan ternyata masih ada, dan ini justru yang paling mengutamakan yaitu pengelola sekolah, kepala sekolah, dan guru sekolah islam belum memiliki teori-teori pendidikan modern dan islami. Ada dua kelompok teori pendidikan sekarang, yaitu teori pendidikan barat (ini disebut modern) dan teori pendidikan islam yang berdasarkan Al-Quran dan hadist.

BAB 2

Konsep Pengetahuan Dalam Islam

Oval Callout: Apa sih.. Pengetahuan itu ???
                Sering kali kita mendengar istilah pengetahuan umum dan pengetahuan agama, atau istilah sekolah umum dan sewkolah agama, guru umum dan guru agama, kurikulum umum dan kurikulum agama, ilmu umum dan ilmu agama, kunci persoalannya terletak pada kata pengetahuan.
            Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Dalam bahasa Indonesia, pengetahuan ini disebut ilmu. Kata ilmu di ambil dalam bahasa Arab yang berarti pengetahuan. Kebanyakan orang Indonesia menyebut “Sains” dengan ilmu penetahuan.
PENGETAHUAN MANUSIA

MACAM PENGETAHUAN
          OBJEK
PARADIGMA
METODE
KRITERIA
Sains
Empiris
Sains
Sains
Logis dan Empiris
Filsafat
Abstrak / Logis
Logis
Logis
Logis
Mistik
Abstrak /Supranatural
Mistik
Mistik
Keyakinan, rasa
Seni
Indah tidak indahnya
Mistik
Mistik
Keyakinan, rasa

            Diatas itu adalah cara membagi pengetahuan manusia. Ada lagi cara membagi yang lain menurut Ibn Khaldun, yaitu pengetahuan di bagi dua: pertama, pengetahuan yang di wahyukan (Naqliyah) ; maksudnya adalah pengetahuan yang diterima. Ini adalah cara pembagian menurut islam. kedua, pengetahuan yang diperoleh (Aqliyah), maksudnya adalah dicari sendiri oleh manusia.
            Yang kita maksud dengan pengetahuan agama atau ilmu agama ialah pengetahuan yang diwahyukan, yaitu pengetahuan tentang Al-Quran dan hadist serta semua tentang isinya yang biasanya dikembangkan dalam tradisi islam. Saya ingin menghindari pembagian yang njelimet itu. Yang dikamsud dengan pengetahuan agama di Indonesia ialah :
1.      Ulumul-Quran (dengan segala disiplinnya),
2.      Ulumul-Hadist (dengan segala disiplinnya),
3.      Ilmul-‘aqa’id (termasuk pengetahuan filosofinya),
4.      Ilmu fiqih (dan bermacam-macam disiplinnya),
5.      Ilmu akhlak,
6.      Sejarah islam,
7.      Ilmu bahasa arab (dengan cabang cabangnya).
Semua ilmu  adalah ilmu Allah Karena datangnya memang dari allah, “ ada pengetahuan (ilmu) yang kami miliki selain apa yang engkau ajarkan kepada kami “ (al-Baqarah:32). Dari segi pengetahuan itu dipelajari atau tidak, perngetahuan dapat dibagi menjadi pengetahuan fitriah (permbawaan) dan perngetahuan yang dipelajari. Dilihat dari segi jelas atau kaburnya pengetahuan yang rumit. Dari segi sumber perngetahuan dan alat memperolehnya, dapat di bagi menjadi :
            Pengetahuan saintifik,
            Pengetahuan logika,
            Pengetahuan intuisi dan perasaan,
            Pengetahuan ilaham dan kasyaf,
            pengetahuan yang diwahyukan
Pengetahuan yang paling tinggi nilainya ialah pengetahuan tentang Allah, yaitu ma’rifah. Jalan mencapai perngetahuan ma’rifah itu ialah jalan berpikir dan jalan riyadlah (Al-Syaibani 1979:271).
Ma’rifah itu ada dua macam, yaitu ma’rifah yang hak (benar) dan ma’rifah hakikat. Ma’rifah hak ialah mengetahui allah melalui nama nama dan sifat sifat yang ditanyakan-nya kepada makhluk-nya.


Bab III
Definisi Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu pendidikan islam adalah Ilmu pendidkan berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan; Ilmu pendidikan Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran Islam.
Secara esensial isi ilmu hanya kumpulan teori, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. Isi lainnya ialah penjelasan tentang teori itu serta juga kadang-kadang ada juga data yang mendukung penjelasan itu. Jadi, lengkapnya isi ilmu adalah (1) teori, (2) penjelasan tentang teori itu, (3) data yang mendukung penjelasan itu. Sewajarnya dalam ilmu pendidikan Islam harus mencakup tiga macam isi tersebut.
Ilmu Pendidikan Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasrkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia berdasarkan dan bersumber dari al-Quran dan hadits serta akal. Jika demikan maka ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan hadits, serta akal. Penggunaan dasar ini haruslan berurutan: al-Quran terlebih dahulu, kalau tidak ditemukan atu tidak jelas maka selanjutnya dicari dalam hadits, kalau tidak ditemukan atau tidak jelas juga barulah digunakan akal (pemikiran) dan temuan akal ini tidak boleh bertentangan dengan al-Quran maupun hadits. Dalam pendidikan Islam haruslah dilngkapi ayat-ayat al-Quran atau Hadits dan atau argumen akal yang menjamin teori tersebut. Jadi pembuatan dan penulisannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan dan penulisan teori dalam Fikih.
Perbedaan antara Filsafat, Ilmu, dan Teknik Pendidikan Islam
Banyak orang yang kebngungan mengenai perbedaan antara filsafat, ilu dan teknik. Namun (dalam buku Ahmad Tafsir ini) perbedaan itu dapat dibedakan yaitu sebagai berikut:
1.      filsafat adalah sejenis pengetahuan yang logis saja, tentang objek-objek yang abstrak. Suatu teori filsafat yang benar apabila dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan selama-lamanya tidak dapat dibuktikan secara empiris. Bila suatu waktu dapat dibuktikan secara empiris, maka filsafat berubah menjadi Ilmu.
2.      Ilmu (sains) adalah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris. Kaidah ini digunakan untuk ilmu pendidikan Islam. Teori-teori dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dapat diuji secara logisdan sekaligus empiris. Bila kurang satu saja maka itu tidak dinamakan ilmu pendidikan Islam.
3.      Teknik adalah petunjuk pelaksanaan teori-teori sains. Yang dimaksud dengan teknik adalah manual, yaitu cara operasional dalam melaksanakan ajaran-ajaran teori.
Struktur pengetahuan orang yang beriman secara Islam kira-kira dapat digambarkan sebagai berikut:


Bagi orang Islam sumber pengetahuan adalah Allah. Sumber pertama itu sekarang ini ada ddi dalam al-Quran dan atau Hadits Rasul saw. Inilah kebenaran yang pertama (kebenaran tingkat pertama). Manusia menafsirkan ayat dan atau hadits itu. Sudah sewajarnya penafsiran itu tidak satu macam. Oleh karena itu terdapatlah lebih dari satu tafsir. Tafsir ini sebenarnya berada pada tingkat kedua (level II) ini adalah tingkat filsafat. Filsafat dapat melahirkan lebih dari satu teori pada tingkat sains, dan satu teori sains dapat melahirkan lebih dari satu manual. Manual inilah yang dimaksud dengan teknik. Jadi, jika wahyu berada pada tingkat pengetahuan paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat paljng bawah; wahyu paling abstrak, manual paling kongkret. Sistem pengetahuan barat kelihatannya hampir sama dengan sistem penegtahuan Islami, bedanya ialah dalam pengetahuan barat biasanya level satu (wahyu) tidak dimasukan sebagai satu tingkat pengetahuan.
Dalam sistem pengetahuan Islami ini, dapat dilihat bahwa manual harus dipertanggung jawabkan oleh teori sains, teori sains dipertanggungjawabkan oleh teori filsafat, dan teori filsafat harus dipertanggungjawabkan oleh wahyu. Dengan cara ini, dapatlah disusun sistem pengetahuan, sekaligus sistem kebenaran, yang tidak mungkin lepas dari kebenaran Allah swt. Pengetahuan seperti inilah yang seharusnya dipegang dan dipergunakan oleh manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah artinya wakil; jadi, manusia mengatur kehidupan di bumi seharusnya mengikuti aturan yang dikehendaki oleh Allah swt, Raja yang diwakilinya. Itulah tugas khalifah Allah yang sebenarnya. Dalam konsep seperti itu terkandung pengertian bahwa yang memerintah (mengatur) sebenarnya adalah Allah, manusia menjadi pelaksananya.
Dalam sistem ini disimpulkan bahwa yang mempertangguangjawabkan kebenaran bukanlah manusia melainkan Allah. Manusia hanya mempertanggungjawabkan pelaksanaannya. Jadi, teori kebenaran dala rasionalisme, materialisme, sekularisme. Pragmatisme, leberalisme semuanya tidak mempunyai tempat dalam sistem pengetahuan Islami itu. Teknik atau manual-manual itu sebenarnya tidak “liar”, tetapi mempunyai “gantungan” ke atas.
Jika Firman Allah (level I) dan teori filsafat (level II) bersifat universal, berlaku dimana saja dan kapan saja maka teori sains (level III) maka tingkat keuniversalannya mulai menurun. Sebuah teori sains dapat saja berlaku pada masa tertentu, tetapi salah pada masa yang lain; benar di tempat tertentu, salah di tempat yang lain. Teknik amat terbatas keuniversalannya. Teknik dapat beruabah dengan cepat, hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Yang harus anda pegang: teknik-teknik pendidikan haruslah Islami; ini harus diusut ke atas, kepada teori sainsnya, terus kepada teori filsafatnya sampai kepada teks wahyunya.
Ilmu dan Teori
Pada uraian di atas, jelaslah bahwa ilmu (sains) adalah pengetahuan yang logis dan empiris. Telah dijalskan pula bahwa isi ilmu adalah teori-teori. Jadi, ilmu itu esensinya adalah teori.
Secara umum, teori adalah pendapat. Dalam pengertian umum ini dapat dikatakan misalnya teori Muhammad Abduh, kurikulum perguruan tinggi Islami haruslah mencakup pengetahuan-pengetahuan yang ditemukan akal. Teori Muhammad Abduh ini digunakan tatkala mengembangkan kurikulum al-Azhar. Dari kurikulum yang hanya mengajarkan pengetahuan Islam yang dikenal waktu itu menjadi kurikulum yang selain mengajarkan pengetahuan itu, juga mengajarakan bahasa asing selain bahasa Arab dan beberapa pengetahuan Barat yang lainnya.
Dalam bidang pendidikan ada lagi teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang ditentukan hanya oleh pembawaannya. Inilah Nativisme. Ada teori yang mengajarkan sebaliknya, yakni bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Inilah Empirisisme. Dan ada juga teori yang menyintesiskan kedua-duanya, yaitu bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya. Inilah teori Konvergensi.
Dalam pengertian yang khusus, teori hanya digunakan dalam lingkungan sains. Di sini disebut teori ilmiah. Dalam pengertian yang khusus ini, Teori adalah pernyataan tentang antar hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (kerlinger, 1973:9). Selanjutnya dinyatakan:
     A theory is a set of interrelated construct (concept), definitions and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaning and predicting the phenomena.
Di dalam definisi ini terdapat tiga konsep penting. Yaitu:
1.      Teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas konsep-konsep yang berhubungan.
2.      Teori memperlihatkan hubungan antarvariaber atau antarkonsep yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena.
3.      Teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel itu berhubungan.
Devinisi itu terlalu panjang dan teralu lengkap. Intinya, adalah bahwa teori itu harus menjelaskan adanya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Hubungan variabel itu harus memperlihatkan sifat ilmiah teori. Sifat ilmiah itu ialah sifat logis dan bukti empiris. Oleh karena itu, suatu teori ilmiah harus menjelaskan hubungan logis antarvariabel, dan hubungan logis tersebut harus dapat dibuktikan secara empiris (Snelbecker, 1974:31).
Misalnya dikatakan bahwa murid yang jumlahnya kecil lebih efektif diajaridibandingkan dengan murid yang lebih banyak. Hubungannya (hubungan logisnya, logikanya) adalah jumlah murid yang kecil lebih mudah diperhatikan oleh guru daripada jumlah murid yang besar, perhatian guru lebih mudah terpusat kepada jumlah yang kecil ketimbang kepada jumlah murid yang besar, karena itu jumlah pengajaran untuk jumlah yang kecil akan lebih efektif daripada pengajaran bagi jumlah murid yang banyak. Itulah bukti logisnya. Bukti empirisnya perlu diadakan eksperimen. Misalkan guru A mengajari 100 murid sedangkan guru B hanya 25 murid. Dengan mengikuti desain eksperimen tertentu akan dapat dibandingkan hasil pengajaran antara kelas guru A dan kelas guru B. akan ditemukan prestasi kelas guru B lebaih baik daripada kelas guru A.
Teori-teori dalam ilmu pendidikan Islam seharusnya memiliki sifat logis dan empiris. Sedangkan dalam filsafat pendidikan Islam cukup memenuhi pengujian logis saja dan hanya logis. Untuk ilu pendidikan Islam dan filsafat pendidikan Islam disyaratkan tidak bertentangan dengan al-Quran dan Hadits.


Dasar Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu berisi teori. Ilmu pendidikan berisi teori pendidikan. Ilmu pendidikan Islam berisi teori-teori tentang pendidikan yang berdasarkan Islam. Pertanyaan: mengapa hatus berdasarkan Islam? Maka jawaban yang paling penting dan mendasar dari pertanyaan ini adalah “itu berdasarkan keyakinan”. Jika dasarnya keyakinan, maka persoalan ini tidak dapat diperdebatkan. Sekalipun tidak dapat diperdebatkan lagi, toh konsep itu dapat dijelaskan. Mengapa berdasarkan Islam? Dan apa sebenarnya yang dimaksud dengan “berdasarkan Islam”?.
Orang Islam meyakini bahwa kehidupan tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada kemampuan akal, atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi atau manusia dalam arti keseluruhan manusia. Pandangan orang islam ini bertentangan dengan sifat Humanisme yang mengajarkan bahwa akal manusia telah mencukupi untuk mengatur dunia dan kehidupan manusia, oleh karena itu agama tidak diperlukan. Pandanga orang Islam tidak dapat dikatakan seratus persen berdasarkan keyakinan, di sana terdapar juga dasar akliyah.
Kehidupan diatur oleh aturan. Aturan yang dibentuk oleh manusia terkadang relatif kebenarannya. Maka dari itu manusia mencari aturan yang pasti kebenarannya. Aturan yang terjamin kebenarannya haruslah aturan yang dibuat oleh Yang Maha Pintar. Yang Maha Pintar adalah yang tidak pernah salah. Orang Islam meyakini itu adalah Tuhan. Jadi aturan Tuhan itula yang harus digunakan dalam kehidupan ini karena aturan itu pasti benarnya. Memang, dasar pandangan ini adalah keyakinan, bukan kekuatan logika.
Setelah itu sudah seharusnya mencari dan menemukan aturan Tuhan tersebut. Aturan itu pokok-pokoknyaada di dalam kitab Tuhan yang biasa disebut kitab suci. Langkah selanjutnya adalah menilai keasliannya. Keaslian itu diperlukan untuk menjamin bahwa kitab suci itu benar-benar asli dari Tuhan. Untuk menentukan keasliannya dapat menggunakan teori-teori sains, dalam hal ini ilmu sejarah. Sejarah meneorikan bahwa sekarang ini kitab yang terjamin keasliannya adalah Al-Quran sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber ajaran Islam. Inilah yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam.
Al-Quran dalam ayat-ayatnya ternyata memberikn jaminan juga kepada hadits-hadits Nabi Muhammad saw. Ada perintah Tuhan yang mengatakan bahwa manusia yang beriman wajib mengikuti Allah dan Rasul-Nya. Rasul-Nya yang dimaksud adalah Nabu Muhammad saw. Perintah inilah (secara etimologis, jaminan inilah) yang dijadikan dasar oleh oran Islam untuk menggunakan hadits Nabi sebagai dasar kedua dalam kehidupannya. Tugas selanjutnya adalah menentukan hadits nabi yang asli berasal dari nabi (hadits Shahih), dan hadits yang disangka dari Nabi, padahal bukan berasal dari Nabi (Hadits tidak Shahih). Sampai di sini telah diketahui dasar aturan hidup dalam Islam, yaitu Al-Quran dan Hadits.
Selanjutnya al-Quran dan hadits Nabi juga menunjukan bahwa akal juga dapat digunakan dalammembuat aturan hidup bagi orang Islam. Yaitu apabila al-Quran dan hadits tidak menjelaskan aturan itu dan aturan yang dibuatoleh akal tersebut tidak bertentangan dengan al-Quran dan hadits.
Karena pendidikan menduduki posisi terpenting pada kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakan Al-Quran, Hadits, dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Maka bukan hal yang aneh orang Islam tidak mengambil teori filsafat seperti liberalisme, pragmatisme, dan materialisme sebagai dasar pendidikannya karena isme-isme itu hanyalah buatan manusia yang tidak terjamin kebenarannya.
Penjelasan dari awal merupakan pengertian definisi ilmu pendidikan Islam melalui cara membandingkan dengan pengertian filsafat pendidikan Islam. Sedang teknik bukanlah sebuah teori, tempatnya dibawah teori. Teori berada dalam ilmu dan filsafat pendidikan Islam. Teknik ini adalah petunjuk pelaksanaan (manual) teori tersebut.